Dalam proses pengelasan spot welder frekuensi menengah, resistansi terdiri dari resistansi kontak antara lasan, resistansi kontak antara elektroda dan lasan, serta resistansi lasan itu sendiri. Ketika suhu meningkat, nilai resistansi terus berubah.
Selama pengelasan, perbedaan tekanan elektroda, arus dan material yang akan dilas semuanya mempengaruhi perubahan resistansi dinamis. Ketika bahan logam yang berbeda dilas, resistansi dinamis berubah secara berbeda. Pada awal pengelasan, logam di area pengelasan tidak dicairkan tetapi dipanaskan terlebih dahulu, dan resistansi kontak turun dengan cepat. Dengan meningkatnya temperatur maka resistivitas meningkat, sedangkan resistansi menurun karena bertambahnya luas kontak akibat pemanasan, dimana peningkatan resistivitas dominan sehingga kurva naik.
Ketika suhu mencapai nilai kritis, pertumbuhan resistivitas menurun dan padatan menjadi cair. Karena bertambahnya luas kontak akibat pelunakan pemanasan, maka resistansinya berkurang, sehingga kurvanya mengecil lagi. Terakhir, karena medan suhu dan medan arus pada dasarnya memasuki kondisi tunak, maka resistansi dinamis cenderung stabil.
Dari sudut pandang data resistansi, perubahan dari sekitar 180μΩ pada awal pengelasan menjadi sekitar 100μΩ pada akhir pengelasan cukup besar. Secara teori, kurva resistansi dinamis hanya berhubungan dengan material, dan memiliki sifat universal. Namun pada pengendalian sebenarnya, karena resistensi sulit dideteksi, maka sulit untuk dikendalikan sesuai dengan perubahan resistensi. Deteksi arus pengelasan relatif mudah, jika kurva resistansi dinamis diubah menjadi kurva arus dinamis, maka sangat mudah untuk diterapkan. Meskipun kurva arus dinamis terkait dengan karakteristik daya dan beban dari tukang las titik frekuensi menengah, ketika kondisi perangkat keras (tukang las titik frekuensi menengah) tertentu, kurva arus dinamis dan kurva resistansi dinamis memiliki aturan yang sesuai.
Waktu posting: 04-Des-2023